Jumat, 02 Maret 2012

Mekanisme Pengembangan Indikator

MEKANISME PENGEMBANGAN INDIKATOR


A.    Menganalisis Tingkat Kompetensi
dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Langkah pertama pengembangan indikator adalah menganalisis tingkat kompetensi dalam SK dan KD. Hal ini diperlukan untuk memenuhi tuntutan minimal kompetensi yang dijadikan standar secara nasional. Sekolah dapat mengembangkan indikator melebihi standar minimal tersebut.

Tingkat kompetensi dapat dilihat melalui kata kerja operasional yang digunakan dalam SK dan KD. Tingkat kompetensi dapat diklasifikasi dalam tiga bagian, yaitu tingkat pengetahuan, tingkat proses, dan tingkat penerapan. Kata kerja pada tingkat pengetahuan lebih rendah dari pada tingkat proses maupun penerapan. Tingkat penerapan merupakan tuntutan kompetensi paling tinggi yang diinginkan. Klasifikasi tingkat kompetensi berdasarkan kata kerja yang digunakan disajikan dalam Tabel 1.

Tingkat Kompetensi Kata Kerja Operasional



Berhubungan dengan mencari keterangan (dealing with retrieval)
    1.    Mendeskripsikan (describe)
2.    Menyebutkan kembali (recall)
3.    Melengkapi  (complete)
4.    Mendaftar (list)
5.    Mendefinisikan (define)
6.    Menghitung (count)
7.    Mengidentifikasi (identify)
8.    Menceritakan (recite)
9.    Menamai (name)

2    Memproses (processing)

    1.    Mensintesis (synthesize)
2.    Mengelompokkan (group)
3.    Menjelaskan (explain)
4.    Mengorganisasikan (organize)
5.    Meneliti/melakukan eksperimen (experiment)
6.    Menganalogikan (make analogies)
7.    Mengurutkan (sequence)
8.    Mengkategorikan (categorize)
9.    Menganalisis (analyze)
10.    Membandingkan (compare)
11.    Mengklasifikasi (classify)
12.    Menghubungkan (relate)
13.    Membedakan (distinguish)
14.    Mengungkapkan sebab (state causality)



3    Menerapkan dan mengevaluasi
    1.    Menerapkan suatu prinsip (applying a principle)
2.    Membuat model (model building)
3.    Mengevaluasi (evaluating)
4.    Merencanakan (planning)
5.    Memperhitungkan/meramalkan kemungkinan (extrapolating)
6.    Memprediksi (predicting)
7.    Menduga/Mengemukakan pendapat/ mengambil kesimpulan (inferring)
8.    Meramalkan kejadian alam/sesuatu (forecasting)
9.    Menggeneralisasikan (generalizing)
10.    Mempertimbangkan /memikirkan kemungkinan-kemungkinan (speculating)
11.    Membayangkan /mengkhayalkan/ mengimajinasikan (Imagining)
12.    Merancang (designing)
13.    Menciptakan (creating)
14.    Menduga/membuat dugaan/ kesimpulan awal (hypothezing)

B.    Menganalisis Karakteristik Mata Pelajaran, Peserta Didik, dan Sekolah

Pengembangan indikator mempertimbangkan karakteristik mata pelajaran, peserta didik, dan sekolah karena indikator menjadi acuan dalam penilaian. Sesuai Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005, karakteristik penilaian kelompok mata pelajaran adalah sebagai berikut.



Kelompok Mata Pelajaran                      Mata Pelajaran                                        Aspek yang Dinilai
1. Agama dan Akhlak Mulia                   Pendidikan Agama                                   Afektif dan Kognitif
2. Kewarganegaraan dan Kepribadian    Pendidikan Kewarganegaraan                  Afektif dan Kognitif
3. Jasmani Olahraga dan Kesehatan        Penjas Orkes                                          Psikomotorik, Afektif,
                                                                                                                            dan Kognitif
4. Estetika                                              Seni Budaya                                           Afektif dan Psikomotorik
5 Ilmu Pengetahuan dan Teknologi           Matematika, IPA, IPS,Bahasa, dan TIK.Afektif, Kognitif,
                                                                                                                             dan/atau Psikomotorik
                                                                                                                              sesuai karakter mata
                                                                                                                              pelajaran
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik tertentu yang membedakan dari mata pelajaran lainnya. Perbedaan ini menjadi pertimbangan penting dalam mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran bahasa yang terdiri dari aspek mendengar, membaca, berbicara dan menulis sangat berbeda dengan mata pelajaran matematika yang dominan pada aspek analisis logis. Guru harus melakukan kajian mendalam mengenai karakteristik mata pelajaran sebagai acuan mengembangkan indikator. Karakteristik mata pelajaran dapat dikaji pada dokumen standar isi mengenai tujuan, ruang lingkup dan SK serta KD masing-masing mata pelajaran.


Pengembangkan indikator memerlukan informasi karakteristik peserta didik yang unik dan beragam. Peserta didik memiliki keragaman dalam intelegensi dan gaya belajar. Oleh karena itu indikator selayaknya mampu mengakomodir keragaman tersebut. Peserta didik dengan karakteristik unik visual-verbal atau psiko-kinestetik selayaknya diakomodir dengan penilaian yang sesuai sehingga kompetensi siswa dapat terukur secara proporsional. Sebagai contoh dalam mata pelajaran fisika terdapat indikator sebagai berikut:
1.    Membuat model atom Thomson, Rutherford, dan Niels Bohr dengan menggunakan bahan kertas, steroform, atau lilin mainan.
2.    Memvisualisasikan perbedaan model atom Thomson, Rutherford, dan Niels Bohr.

Indikator pertama tidak mengakomodir keragaman karakteristik peserta didik karena siswa dengan intelegensi dan gaya belajar visual verbal dapat mengekspresikan melalui cara lain, misalnya melalui lukisan atau puisi.

Karakteristik sekolah dan daerah menjadi acuan dalam pengembangan indikator karena target pencapaian sekolah tidak sama. Sekolah kategori tertentu yang melebihi standar minimal dapat mengembangkan indikator lebih tinggi. Termasuk sekolah bertaraf internasional dapat mengembangkan indikator dari SK dan KD dengan mengkaji tuntutan kompetensi sesuai rujukan standar internasional yang digunakan. Sekolah dengan keunggulan tertentu juga menjadi pertimbangan dalam mengembangkan indikator.

C.    Menganalisis Kebutuhan dan Potensi

Kebutuhan dan potensi peserta didik, sekolah dan daerah perlu dianalisis untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mengembangkan indikator. Penyelenggaraan pendidikan seharusnya dapat melayani kebutuhan peserta didik, lingkungan, serta mengembangkan potensi peserta didik secara optimal. Peserta didik mendapatkan pendidikan sesuai dengan potensi dan kecepatan belajarnya, termasuk tingkat potensi yang diraihnya.

Indikator juga harus dikembangkan guna mendorong peningkatan mutu sekolah di masa yang akan datang, sehingga diperlukan informasi hasil analisis potensi sekolah yang berguna untuk mengembangkan kurikulum melalui pengembangan indikator.

D.    Merumuskan Indikator

Dalam merumuskan indikator perlu diperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut:
1.    Setiap KD dikembangkan sekurang-kurangnya menjadi tiga indikator
2.    Keseluruhan indikator memenuhi tuntutan kompetensi yang tertuang dalam kata kerja yang digunakan dalam SK dan KD. Indikator harus mencapai tingkat kompetensi minimal KD dan dapat dikembangkan melebihi kompetensi minimal sesuai dengan potensi dan kebutuhan peserta didik.
3.    Indikator yang dikembangkan harus menggambarkan hirarki kompetensi.
4.    Rumusan indikator sekurang-kurangnya mencakup dua aspek, yaitu tingkat kompetensi dan materi pembelajaran.
5.    Indikator harus dapat mengakomodir karakteristik mata pelajaran sehingga menggunakan kata kerja operasional yang sesuai. Contoh kata kerja yang dapat digunakan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran tersaji dalam lampiran 1.
6.    Rumusan indikator dapat dikembangkan menjadi beberapa indikator penilaian yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan/atau psikomotorik.

E.    Mengembangkan Indikator Penilaian

Indikator penilaian merupakan pengembangan lebih lanjut dari indikator (indikator pencapaian kompetensi). Indikator penilaian perlu dirumuskan untuk dijadikan pedoman penilaian bagi guru, peserta didik maupun evaluator di sekolah. Dengan demikian indikator penilaian bersifat terbuka dan dapat diakses dengan mudah oleh warga sekolah. Setiap penilaian yang dilakukan melalui tes dan non-tes harus sesuai dengan indikator penilaian.

Indikator penilaian menggunakan kata kerja lebih terukur dibandingkan dengan indikator (indikator pencapaian kompetensi). Rumusan indikator penilaian memiliki batasan-batasan tertentu sehingga dapat dikembangkan menjadi instrumen penilaian dalam bentuk soal, lembar pengamatan, dan atau penilaian hasil karya atau produk, termasuk penilaian diri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar